..::tHe oTheR sIde oF mY seLf::..

tentang A'ANG


Ini adalah salah satu cerita dari sisi saya yang berbeda. Uhm, orang mungkin tidak mengenal sebuah nama A'ang, namun bagi saya nama itu memberi arti yang dalam. Saya mengenal A'ang dari seorang teman di Surabaya. Awal perjumpaan kami di TP mulanya tidak membekas sama sekali dalam hati saya. Saat itu saya melihatnya dari sudut pandang seorang teman terhadap teman. Sore itu, jam empat sore, kami ber empat : saya, teman saya, sodari saya dan A'ang nongkrong di cimo cimo TP1 Surabaya. Obrolan kita seputar dunia anak muda. Ngalor ngidul kesana kemari trus pulang. Janjian bakal ketemuan lagi. Ya udah, saya dah sodari saya pulang ke rumah. Tidak membekas wajah seorang A'ang sama sekali. Bahkan nyaris lupa, garis wajah dia seperti apa [aneh ya?].

Dua hari kemudian kita ketemuan lagi, kali ini di sebuah warung gaul tepat samping STIESIA Surabaya. Uhm, perhatian saya ke A'ang di mulai. Dia, cowok sederhana yang cool. Wajahnya cakep, sifatnya sederhana dan apa adanya, suka guyon dan suka mencuri pandang. Saya sadar, meskipun A'ang sering tertangkap basah sedang memandangi saya, dia tidak mungkin memiliki perasaan serius terhadap saya. Siapa sih saya? Gadis ndut dengan tingkah seenaknya dan tomboy abis! Jauh dari kriteria seorang cewek yang di idam-idamkan laki-laki. Sejak saat itu saya jadi suka memikirkan A'ang. Saya jadi sering menelepon teman saya, janjian nongkrong bareng, asal teman saya mengajak si A'ang. Lucu yah? Saya hanya berani sampai di situ, mengajak dan nongkrong bareng. Untuk berharap lebih jauh, tidak. Saya tidak berani mempermainkan perasaan saya sendiri. Uhm ..

Banyak hal yang saya sukai dari diri nya. Selain kesederhanaan dan kesupelan dirinya tentu saja. Setiap kali saya dolan ke tempat teman saya, A'ang dengan setia membikin kopi untuk saya, kopi adalah minuman favorit saya hingga saat ini. A'ang betah ngobrol berlama-lama dengan saya saat teman saya tiba-tiba harus pergi sebentar ke kampus atau ke warung. A'ang banyak bercerita tentang kerjaannya di ITS. Terus terang, saya suka duduk berlama-lama dengan cowok ganteng itu. Tatap matanya yang tajam membuat saya merasa dilindungi meskipun dia bukan apa-apa saya. Herannya, meskipun kami beda suku [saya Flores dan dia Sunda], beda lingkup pergaulan, beda jenis kelamin dan bukan eks teman sekolah sebelumnya, namun setiap percakapan kami selalu nyambung satu sama lain. Kadang kami sering tiba-tiba ingin bicara bersamaan. Bersirobok kata-kata dan lain-lainnya. Itu tetap tidak membuat saya berharap terlalu jauh padanya. Siapa sih saya?

Suatu sore saya dan sodari saya nongkrong berdua di cimo cimi. Kita datang sendiri berdua, karena saat saya menelepon teman saya, dia lagi tidur kata bapak kost-nya. Ya udah, kami jalan berdua saja. Lagi asiknya menyeruput teh sosro tiba-tiba sodari saya nyeletuk, "Cim cimm encimm itu si A'ang!!!" hah?! Saya kaget bukan main, dari jauh nampak A'ang pakai jacket merah putih jalan bareng teman cowoknya. Rupanya dia juga melihat kami, karena ruang cafe itu tembus panda [terbuat dari kaca seluruhnya]. A'ang menghampiri kami, dia abis cari buku komputer katanya. Duduk disamping saya, membuat hati saya deg deg plas rasanya. Saya menganjurkan teman A'ang untuk pulang membawa motornya, trus motor itu biar dipakai teman saya ke cafe, jadi A'ang bisa terus duduk di samping saya, betapa ide yang cemerlang. A'ang sore itu tidak seperti biasanya. Topik pembicaraannya hanya keluarga dan keluarga nya. Banyak hal yang diceritakannya pada saya. Saya dengan setia dan senang mendengarnya. Kami duduk berdua, sedangkan sodari saya pamit menemui temannya di lantai tiga. Uhm, berbunga-bunga hati saya, namun saya sadar, jangan sampai saya terlalu jauh membawa perasaan saya, saya sekali lagi tidak berani. Siapa sih saya?

Satu hal yang tidak bisa saya pungkiri lagi, hari-hari selanjutnya hanya A'ang dan A'ang yang ada dalam pikiran saya. Entah mengapa saya begitu terbius dengan pesona kesederhanaannya. Dia bukan cowok kaya, saya akui itu, tapi saya suka padanya. Saya tidak mengerti, apakah ini cinta atau hanya sekedar rasa suka semata? Yang jelas, mulai bangun tidur sampai hendak tidur lagi, hanya dia yang mengisi pikiran saya. Aneh ya? Aneh, karena dia bukan apa-apa saya dan saya bukan apa-apa dia. Betapa lucunya! Toh saya tetap hepi dan enjoy dengan keadaan saya ini, saya bahagia hanya dengan memikirkannya.

Sampai suatu hari, saya mendapat kabar yang menghancurkan hidup saya dari Flores. Ebes saya meninggal. Kecewa, kacau dan hancur. Saya bagai orang linglung yang ga tau harus berbuat apa. Malam itu teman saya dan A'ang datang untuk menghibur saya, karena pada saat yang sama, mbah putri saya juga meninggal. Keluarga kami bagai dihantam palu seberat seribu kati dua kali! Ebes dan mbah meninggal dalam tempo waktu yang nyaris sama. Kalau dibilang beda waktunya mungkin hanya setengah jam. Betapa hancurnya hati saya. A'ang dan teman saya duduk menemani saya hingga jauh malam. Saya hanya bisa bilang terima kasih untuk mereka berdua. Terima kasih teman!! Teman? Padahal di lubuk hati saya yang paling dalam saya menginginkan lebih dari sekedar teman!

Saya pulang ke Flores. A'ang dan teman saya mengantar sampai pelabuhan. Yang membekas dari hari saya melepaskan injakan kaki saya di Surabaya itu adalah A'ang mencium pipi saya lembut ... duh, rasanya terbang ke surgawi. Saya terus terang, menginginkan ciuman itu lagi dan lagi, tapi apa daya, saya tidak mungkin mendapatkannya lagi. Perjalanan ke Flores yang memakan waktu dua hari itu tidak terasa, karena setiap saya membuka mata, yang terasa di dada saya adalah rasa hangat dan nyaman karena setiap kali mata saya terbuka yang ada di pikiran saya adalah ciuman dari A'ang .. betapa lembutnya bibirnya ... Uhm ...

Di Flores saya merasa menjadi orang asing kembali. Padahal itu rumah saya, kehidupan asli saya. Rumah besar itu hanya ditinggali mama, saya, seorang keponakan dan seorang pembantu. Sedihnya saya bila setiap malam tiba, saya harus menonton tivi sendiri tanpa Ebes yang setia menemani. Lagi dan lagi pikiran saya melayang ke A'ang. Ah, ciuman lembutnya. Kapan saya bisa dicium lagi seperti itu? Uhm, haruskan saya kembali ke Surabaya dan melakukan perpisahan lagi agar bibir lembut itu kembali mendarat di pipi saya? Boleh .. ide yang bagus .. saya akan coba!

Maka saya berhadapan dengan sodara-sodara yang menentang habis niat saya untuk kembali ke Surabaya. Mereka bahkan mengimingi saya beraneka barang dan harapan asal saya tidak kembali ke sana. Kasihan mama, kata mereka. Bahkan saya diancam, apa mau ditinggal mama dengan posisi tidak disisinya seperti saat Ebes pergi? Tidak! Saya tidak mau hal menyakitkan itu terjadi dua kali. Saya pun berjanji, hanya akan 2 minggu di Surabaya, saya tidak akan berlama-lama di kota kelahiran Ebes itu. Saya tidak akan berlama-lama menuntut hal yang tak pasti di kota itu, itu kata hati saya. Yang sebenarnya adalah, saya merindukan A'ang dan bibir lembutnya. Uhm .. salah kah saya? Seharusnya tidak salah, karena cinta hal misterius yang kadang tumbuh pada waktu, tempat dan orang yang salah. Akhirnya kegigihan saya meyakinkan mereka dengan kata dua minggu saja, membuat saya diperbolehkan kembali ke Surabaya.

Dini hari jam dua, kapal yang membawa saya merapat di pelabuhan Perak Surabaya. Saya dah nekad bila keluarga saya tidak menjemput, saya akan tidur di pelabuhan dulu, hingga fajar terbit. Terus terang, saya tipe cewek tomboy yang menganut hidup santai dan apa adanya, jadi gembel sekalipun itu bukan masalah. Tetapi ternyata keluarga saya menjemput. Kembalilah saya di kehidupan Surabaya yang menyenangkan menurut saya. Ke esokan harinya saya langsung ke tempat teman saya. Dia kaget tentu saja! Kami langsung tertawa-tawa berdua. A'ang sedang di tempat kerja. Menjelang sore A'ang datang, dia kaget melihat saya! Tentu saja, tidak disangka bukan saya akan kembali? Mulai lah kami ngerumpi dan menyusun rencana. Gila, yang ada di pandangan saya adalah A'ang kian tampan kian harinya!!

Dua minggu saya di Surabaya. Selalu di isi dengan nongkrong, maen sana sini dan ke warnet. Sungguh, saya menyukai kota buaya ini. Keluarga di Flores sering menelepon, meminta kepastian saya untuk segera pulang. Ya ampun, tidak kan mereka mengerti saya memang harus pulang? Karena dengan pulang saya bisa merasakan bibir lembut A'ang lagi? Tidak mengertikah mereka dengan perasaan dan keinginan saya ini? Bodoh memang kalau mau dipikir-pikir lagi. Tapi ini lah saya, saya yang tidak mudah dipahami dan dimengerti jalan pikirannya. Dua minggu sudah saya di Surabaya dan harus segera meninggalkan kota buaya itu, memenuhi janji saya pada keluarga saya di Flores. Malam itu saya menunggu kedatangan
A'ang dan teman saya, uhm, tiba-tiba hp saya berbunyi, duh .. kecewanya saya, mereka tidak bisa datang ke pelabuhan karena sepeda motor A'ang dipakai temannya yang lain. Saya terdiam di tempat, hilang sudah bibir lembut itu. Saya kembali ke tempat saya, keluarga saya sudah pamit pulang. Tinggalah saya sendiri. Saya melangkah menuju anjungan, duduk sendiri diatas bangku-bangku yang mengelilingi teropong. Menatap langit berbintang penuh aneka rasa di dada. Tiba-tiba saya dikejutkan dari belakang "A'ang!" teman saya dan A'ang nyengir kuda. Ternyata mereka berusaha mendapatkan motor agar bisa mengantar saya. Duh, betapa senangnya hati ini. Saat pengantar diminta untuk segera meninggalkan kapal, saya menanti bibir lembut itu .. dan ... oh .. tidak, sama sekali tidak ada cipika cipiki lagi. Saat itu saya tersadar dari alam bawah sadar saya, bahwa saya dan A'ang tidak mungkin bertemu kembali. Bahwa kami ternyata berbeda rusuk ... ya, good bye for A'ang. Kecewa, karena niat saya ke Surabaya adalah untuk merasakan kembali bibir lembut itu mendarat di pipi saya, namun saya dijauhkan Allah dari itu. Saya rupanya dituntun oleh Yang Diatas untuk sadar, kembali menginjak bumi. Jangan larut dalalm mimpi-mimpi yang tak pasti.

Dan, disinilah saya. Di Flores, telah menjadi kekasih orang lain. Namun kadang bila melihat foto A'ang di komputer saya, saya kembali mengenang malam itu, malam dimana bibir lembutnya mendarat mulus di pipi saya. Membuat saya kembali mengenang semua hari indah yang telah saya lalui di Surabaya dengan atau tanpa A'ang. Untuk mencintainya itu tidak, tapi keinginan untuk bersamanya itu ada. Saya sekarang kembali ke realita kehidupan saya. Saya menikmati hidup saya yang sekarang. Saya bersyukur pada Allah SWT, karena dalam hidup saya yang sederhana ini, saya dikenalkan dengan orang sederhana seperti A'ang. Terus terang, kekasih saya saat ini juga sesederhana A'ang, apa adanya dan tidak menuntut. Uhm .. inilah hidup ... inilah the other side of my self ... koreka!!
Pst : Pic A'ang di just the 3 of us *^_^*

Wassalam
tootyee mengenang ^_^

Share:

0 coment�rios