Huuuuaaahhhhhh ....

Jiaaaaaaaaaaaaaaaaa ini Ende tambah panas aja dari hari ke hari .. hiks hiks .. mana keadaan dalam rumah jg kadang2 panas :P makanya dakuw mending diem aja deh .. capek luar dalem kalo harus mikirin hal-hal yang ga ada gunanya itu .. hehehe .. lebih baik ndut dari pada kurus mikirin hal yang ga tentu! Happy sunday buat semua yang ke Gereja :)) Semoga di Minggu yang panas ini, hati kita ga ikutan panas ya..... xixixix ^^ O ia ... serial Pipi hari ini tootyee gantiin ama cerpen lain, gpp kan? btw .. gimana siy cerpennya? kasih koment dong ... *ciehhhhhhh* gayaaaa .. mentang-mentang dah punya shoutbox :D ..
Wokehhhh .. tootyee mo chat dulu .. ngantuk neh :P mending dakuw ngelantur di cenel daripada duduk bengong hihihihi .. mwahhhhhhh .. thanks ya buat yang dah berkunjung ke sini, buat yang dah kasih koment :) Dan .. spesial thanks to MAMI VI3 yang udeh bantuin tootyee luar dalem .. jieeeee :P
Wassalam deh awwwwwww!! Hua ha ha ha ha ha ha ha ha ha whuzzzz :D

@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@ ...

C e m b u r u ...


Zara segera membelokan langkahnya ke perpustakaan ketika dilihatnya Pram berjalan dari arah depan. Pram mempercepat langkahnya. Dikejarnya Zara. Namun gadis itu seolah hilang terbawa angin. Pram mengacak rambutnya kesal. Gadis yang dicintainya itu bertingkah aneh akhir-akhir ini. Gadis tomboy berambut cepak itu seakan telah berubah menjadi pribadi yang lain sama sekali di matanya. Pram menghembuskan napas panjang, kesal.

"Apa? Ga ada? Lula tau kemana mbak Zara pergi?" malam itu Pram kembali menelepon ke rumah Zara.
"Ga tau tuh bang ... telpon aja ke hp nya." usul Lula. Pram di seberang menggeleng.
"Lul, kalau hpnya on, abang dah dari tadi bisa ngomong ama mbak Zara." akhirnya Pram menutup telepon. Zara, ada apa sebenarnya? Pram menggeleng tak mengerti. Diurut-urut kejadian demi kejadian hingga perubahan sikap Zara. Seminggu? Dua minggu? Sebulan? Ah .. Yang jelas waktu seolah berhenti saat dirinya sedang berdua Zara. Alasan lain? Orang ketiga ... Dari pihaknya jelas ga mungkin! Dari pihak Zara? Duh sejuta pertanyaan menari dalam kepala Pram. Sesaat kemudian cowok jangkung itu sudah berada di depan pintu rumah Zara. Dia bertekad menjumpai Zara malam itu juga. Ga peduli walau harus berteman nyamuk saat menunggu gadis itu pulang. Itu pun kalau Zara benar-benar sedang pergi. Persetan! Pergi kemana? Zara tidak pernah keluar rumah selarut itu tanpa dirinya.

"Samlekom ... " Pram mendengar jawaban dari dalam. Itu suara Zara! Jadi kedatangannya ke sini ga sia-sia. Ternyata Zara ga pergi seperti kata Lula. Zara berbohong ... untuk apa? Kenapa?
"Hah? bang Pram? Ngapain malam-malam kesini? Ini sudah hampir larut malam bang." pstt ... Pram menyilangkan jarinya di bibir mungil Zara.
"Abang boleh masuk dulu kan?" Zara menatap pasrah. Bola mata bening itu juga selalu membuat Pram ingin menatapnya lama-lama. Pram duduk. Di depannya Zara memandang karpet tanpa kedip. Dia gugup, ujar Pram dalam hati. Pram menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Zara. Zara kaget. Pram tersenyum. Ditariknya tangan Zara dan menggenggamnya erat.
"Nah, sekarang katakan sweety ... kenapa tadi Zara begitu kaget melihat kedatangan abang?" tanya Pram kemudian.
"Soalnya ini kan sudah larut malam bang." Pram tersenyum lagi. Jawaban yang tidak masuk akal.
"Memangnya kenapa? abang kan bukan baru sekali ini kesini. Larut malam katamu? Ra .. kita sering keluar malam ampe pagi berdua kan? So, what's the problem?" tanya Pram lagi. Zara gelisah. Pram masih menunggu.
"Zara ingin kita putus. Abang putusin Zara aja. Zara sudah berusaha ambil keputusan untuk menghindari abang, jadi sekarang saatnya abang ngambil keputusan buat mutusin Zara." Pram kaget. Ditatapnya bola bening itu. Pram masih tidak bisa mempercayai pendengarannya barusan. Kata-kata Zara bagai ucapan anak kecil yang baru belajar bicara.
"Zara ngomong apa sih? Ngaco!" bola bening itu mulai berkaca-kaca. Hati Pram paling tidak tega melihat itu. Diraihnya Zara ke dalam pelukannya. Zara terisak-isak disitu.
"Ada apa sweety .. katakan. Abang bukan hanya kekasih bagi Zara kan? Abang juga teman dan kakak kan? Selama ini Zara selalu terbuka dan ceplas ceplos kalau bicara. Kenapa sekarang sama sekali tidak mau bicara sama abang? Kenapa? Abang salah apa? Kalau memang abang punya salah sama Zara, bilang dong ... ya ..." Pram menenangkan hati gadis itu. Dibelai-belainya rambut Zara.
"Zara cemburu .. Zara kalah .." akhirnya! Pram menepuk-nepuk pipi Zara, menyandarkannya di sofa dan menatap penuh sayang.
"Oke .. kita bicara ya sekarang? Zara cemburu? Cemburu pada siapa? Zara kalah pada siapa? Zara mau kan menjelaskannya sama abang?" Zara mengangguk. Ah ... sifat kekanak-kanakannya itu justru membuat Pram bertambah cinta.
"Zara cemburu pada mbak Sonya. Zara kalah darinya. Jadi Zara pikir, percuma hubungan ini diteruskan kalau mbak Sonya masih terus terpatri dalam pikiran abang. Zara tau, mbak Sonya dan abang punya masa indah di masa lalu. Mbak Sonya dan abang saling menyayangi di masa lalu, pasangan sempurna, gitu cerita teman-teman mbak Sonya. Apakah Zara pasangan yang sempurna? Sama sekali tidak! Zara childish sedangkan abang dewasa, lebih cocok sama mbak Sonya yang dewasa juga. Apalagi kata teman-teman mbak Sonya, akhir-akhir ini abang terlihat sering memperhatikannya, menatapnya lama-lama di kelas. Zara menguping mereka di kantin. Tapiii, ... Zara sayang abang ... Zara bingung, makanya Zara hanya bisa menghindari abang ..." Gadis itu kembali terisak-isak. Pram trenyuh mendengarnya. Memang benar Pram sering memperhatikan Sonya akhir-akhir ini. Itu karena sikap Sonya yang berubah! Sonya terlihat genit abis sekarang! Itu yang kadang membuat Pram seolah terhipnotis di kelas dan menatapnya lama-lama. Antara percaya dan tidak. Tapi untuk sebuah rasa cinta? No way! Sonya sudah sekali mengecewakannya dan itu ga akan terjadi untuk kedua kali!
"Sweety ... masih ingat pertama kali kita jalan? Masih ingat apa yang sama-sama kita ikrarkan untuk hubungan cinta kita? Saling percaya dan setia, karena cinta tanpa kedua unsur itu adalah kebohongan semata. Nah, Zara percaya kan, abang memegang teguh kedua unsur itu? Abang percaya sama Zara, abang setia sama Zara, abang cinta Zara. Ada lagi hal lain yang dapat meragukan semua itu? Katakan ... apa masih ada hal lain yang dapat meruntuhkan cinta abang ke Zara?! Ga ada! Abang mencintai Zara karena Zara beda dari gadis-gadis lain. Abang mencintai Zara bukan karena Zara bayangan dari gadis lain. Abang mencintai Zara karena diri Zara seperti adanya. Abang ga pernah nuntut lebih dari Zara kan? Karena abang ga ingin gadis yang abang cintai berubah demi abang! big NO! Jadilah diri Zara sendiri, karena itulah awal perasaan ini tumbuh. Apa adanya sweety membuat abang jatuh cinta .. abang sayang Zara .. plis ... keluar lah dari semua ini Ra .." Zara menangis lagi di bahu Pram. Air mata gadis itu seolah terkuras abis dari pabriknya.
"Abang ... Zara minta maap kalau selama udah bikin abang bingung cariin Zara kesana kemari. Zara kangen abang. Abang mau kan maapin Zara? Sekarang Zara ngerti. Rasanya lebih dewasa sekarang dari tadi. Huuu abang jangan ketawain Zara dongg ..." Zara mencubit pinggang Pram. Mereka tertawa.
"Iya deh sweety .. gimana kalau kita keluar? Masih boleh keluar menikmati lesehan kan? Bilang ke papa dan mama gih ... " Zara mengangguk setuju. Gadis tomboy itu melesat ke dalam.

Malam itu Pram menggandeng tangan Zara erat. Mengajaknya lesehan berdua. Indah sekali rasanya. Menatap bintang jauh di langit biru, membuat hati mereka tentram. Pram bersumpah dalam hati untuk tidak membiarkan gadis ini teracuni oleh pikiran-pikiran yang ga bener. Yang akhirnya membuatnya mengambil keputusan sendiri yang salah. Pram tersenyum sekilas dan mencium pipi mulus Zara. Indahnya cinta, siapa yang brani mengotorinya? Kuatnya cinta, siapa yang berani melawannya?
Hanya orang bego yang menertawai kekuatan cinta ...


>>> dibuat tootyee tanggal 29 Okty 2003

@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@^@ ...

Share:

0 coment�rios